Kamis, 16 Desember 2010

Puncak Tawakkal, Cinta dan Sabar kepada Allah


BISMILLAH

PUNCAK TAWAKKAL, CINTA DAN SABAR KEPADA ALLAH

Kabar dari Al-Qur’an tentang Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam

Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (QS. Maryam : 41)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang dzalim". (QS. Al-Baqoroh : 124)

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (QS.An-Nahl : 120)

Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji. (QS. Mumtahanah : 6)

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS. An-Nisa’ : 125)

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Ash-Shaaffat : 102)

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (QS. Ash-Shaaffat : 103)

Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, (QS. Ash-Shaaffat : 104)

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Ash-Shaaffat : 105)

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (QS. Ash-Shaaffat : 106)

Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash-Shaaffat : 107)

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (QS. Ash-Shaaffat : 108)

(yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".(QS. Ash-Shaaffat : 109)

Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Ash-Shaaffat : 110)

Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (QS. Ash-Shaaffat : 111)

Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishak, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shaleh. (QS. Ash-Shaaffat : 112)

Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishak. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang dzalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (QS. Ash-Shaaffat : 113)

Kabar dari Al-Qur’an tentang Nabi Ismail ‘Alaihissalam

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (QS. Maryam : 54)

Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud". (QS. Al-Baqoroh : 125)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".(QS. AL-Baqoroh : 127)

Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anbiyaa’ : 85)

Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa' dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik. (QS.Shaad : 48)

Teladan dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail ‘AS

1. Ujian Iman dan Tawakkal

Subhanallah diusia tuanya Ibrahim ‘Alaihissalam mendapatkan anak setelah 75 tahun berhijrah, yaitu Ismail ‘Alaihissalam, dari istri keduanya yaitu Hajar ‘alaihassalam. Mereka tinggal di Palestina bersama istri pertama Ibrahim, yaitu Sarah ‘alaihassalam. Namun belum lama setelah kelahiran Ismail ‘Alaihissalam,saat Ismail ‘Alaihissalam masih menyusu, tiba-tiba Ibrahim ‘Alaihissalam mendapatkan perintah dari Allah Ta’ala untuk membawa sebagian keluarga yang dicintainya Hajar dan Ismail ‘Alaihissalam ke tempat kering dan tandus di padang pasir dekat Ka’bah / Baitullah dan harus ditinggalkan oleh Ibrahim ‘Alaihissalam yang langsung kembali ke Palestina. Ibrahim ‘alaihissalam meninggalkan Hajar dan putranya dengan sedikit makanan dan minuman.

Itulah bagian dari ujian Allah ‘Azza wa Jalla untuk menguji Iman sekaligus tawakkal Ibrahim ‘Alaihissalam yang menurut para ulama, Iman dan tawakkal memang berbanding lurus, dimana saat Iman naik dan kuat, maka tawakkal pun naik dan kuat akan tetapi jika iman turun dan lemah maka tawakkal pun turun dan lemah.

Dari peristiwa itu pula tergambar bagaimana kuatnya iman dan tawakkal Ibrahim ‘Alaihissalam sebagaimana yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an :

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (QS.Ibrahim : 37 - 38).

Bukan hanya Ibrahim ‘Alaihissalam yang kuat iman dan tawakkalnya, akan tetapi demikian juga dengan Hajar ibunda Ismail sebagaimana terekam dalam riwayat Imam Bukhori yang menyebutkan bahwa sesaat sebelum Hajar ‘Alaihassalam ditinggalkan oleh Ibrahim ‘Alaihissalam maka Hajar bertanya : “Wahai Ibrahim, apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini ? ”, lalu Ibrahim ‘alaihissalam member isyarat dengan menganggukkan kepala (tanda setuju), lalu Hajar ‘alaihassalam berkata “Kalau begitu, pasti Allah tidak akan membiarkan kita ”.[1]

Tibalah saatnya ujian bagi Hajar ‘alaihassalam beserta putranya Ismail ketika bekal makanan dan minuman telah habis maka Ismail yang masih kecil mulai menangis keras, sehingga membuat Hajar kebingungan dan berjuang keras mencari bantuan dengan berjalan cepat antara Shafa dan Marwah, peristiwa ini kemudian diabadikan oleh Allah dengan menjadi salah satu rukun Haji dan umrah yaitu Sa’i (berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah) untuk belajar tentang kerja keras dan tawakkal kepada Allah yang dialami oleh Hajar ‘alaihassalam dan Ismail ‘alaihissalam.

Dan Allah memberikan balasan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bertawakkal kepada Allah dengan nikmat yang besar seperti Hajar dan Ismail, ketika tidak ada sama sekali orang yang dapat menolong maka Allah memberikan nikmatnya dengan memerintahkan Jibril ‘alaihissalam memukulkan kedua sayapnya ke tanah dekat dengan kaki Ismail, maka seketika air memancar dan tak pernah kering sampai sekarang, itulah air zam-zam.[2]

Dengan sebab air zam-zam pula maka Hajar dan putranya memiliki tetangga yang tinggal berdekatan yaitu Kabilah Jurhum yang merupakan kabilah besar dari bangsa Arab yang mengajari Ismail ilmu pengetahuan dan bahasa Arab, serta menjadi kabilah dimana isteri Ismail berasal.[3]

Sebuah pelajaran dari sekian pelajaran yang dapat diambil dari kisah Ibrahim ‘alaihissalam beserta keluarganya adalah hendaknya kita menjadi orang yang senantiasa bertawakkal kepada Allah sebagimana mereka bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla. Oleh karena tawakkal berbanding lurus dengan iman maka kita harus meningkatkan keimanan kita dengan terus belajar, menuntut ilmu baik Al-Qur’an maupun Assunnah serta memikirkan dan memahami ayat-ayat Allah yang tidak tertulis. Apabila tawakkal dapat kita lakukan maka Allah akan memberikan nikmat kebahagiaan baik lahir maupun batin dunia dan akhirat, sebagaimana Allah membalas tawakkal Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya dengan nikmat yang besar dunia akhirat seperti : air zam-zam yang terus mengalir sampai sekarang; kedudukan Ibrahim sebagai kholilullah dan Imam bagi ummat manusia; senantiasa didoakan oleh setiap muslim dalam setiap sholatnya; kecendrungan hati ummat manusia untuk bermukim dan berkunjung ke kediamannya (Kota Makkah). Ini menjadi pelajaran sangat penting untuk kita.

2. Ujian Cinta dan Sabar

Telah tergambar dengan visualisasi bagaimana kisah Ibrahim ‘alaihissalam yang diperintahkan untuk menyembelih putranya melalui mimpi kenabian yang merupakan wahyu dari Allah Azza wa Jalla sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an Surat Ash-shaaffaat ayat 102 – 113. Lalu Ibrahim ‘alaihissalam dan Ismail ‘alaihissalam tetap taat melaksanakan perintah tersebut meskipun harus bertarung melawan hawa nafsunya dan setan yang berusaha menggoda dan mengajak Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya agar tidak melaksanakan perintah Allah tersebut. Lagi-lagi ini adalah ujian tawakkal sekaligus cinta dan sabar yang selama ini telah ditunjukkan Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya.

Sungguh tergambar bahwa Ibrahim ‘alaihissalam dalah seorang ayah dan pemimpin yang tidak otoriter meskipun jika mau beliau dapat berbuat otoriter, akan tetapi jiwa santun dan penyayangnya menjadi contoh bagi kita saat beliau sudah mendapat perintah untuk menyembelih anaknya, Ibrahim ‘alaihissalam tetap meminta pendapat anaknya, Ismail ‘alaihissalam, sebagaimana dialog berikut :

Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".[4]

Dari dialog tersebut juga tergambar betapa kuatnya iman, tawakkal dan sabar Ismail ‘alaihissalam menyambut perintah Allah tersebut. Akan tetapi ada musuh abadi yang tidak suka dengan manusia yang taat seperti Ibrahim dan Ismail sehingga Iblis laknatullah ‘alaih segera melancarkan serangan dengan menggoda Hajar, Ismail dan Ibrahim ‘alaihimussalam sebagaimana ilustrasi berikut :

Iblis mencoba membisiki Ismail ‘alaihissalam untuk menolak perintah penyembelihannya, akan tetapi mendapat bisikkan tersebut Ismail ‘alaihissalam mengambil tujuh kerikil dan melemparkannya pada Iblis. Tidak mampu menggoda Ismail, maka iblis membisiki Hajar ‘alaihassalam, iblis masuk lewat logika kasih saying seorang ibu dan berupaya meyakinkan Hajar ‘alaihassalam untuk membawa lari Ismail ‘alaihissalam, namun Hajar juga mengambil tujuh kerikil dan melemparkannya kepada iblis. Lalu iblis pun berusaha untuk membisiki Ibrahim ‘alaihissalam dengan mengatakan ini kesempatan terakhirmu untuk memiliki anak. Jangan lakukan itu ! (menyembelih Ismail), namun Ibrahim ‘alaihissalam pun mengambil tujuh kerikil dan melemparkannya kepada iblis. Kisah perlawanan terhadap iblis itulah yang melatarbelakangi ritual ibadah melempar jumrah saat menunaikan haji / umrah.[5]

Lalu dimulailah prosesi penyembelihan sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an :

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya) * Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim” * sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Ash-Shaaffat : 103-105)

Ketika Ibrahim ‘alaihissalam mulai menyembelih maka pisau menjadi tumpul, lalu Ibrahim mengasahnya dan berulangnya lagi-lagi pisau menjadi tumpul, lalu Ibrahim ‘alaihissalam benar-benar tawakkal berserah diri sehingga Allah menggantinya dengan hewan sembelihan yang besar sebagaimana direkam Al-Qur’an : Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash-Shaaffat : 107)[6].

Dari peristiwa itulah Ibrahim dinyatakan telah diuji dengan ujian yang nyata dan mendapatkan berbagai nikmat serta pujian Allah Azza wa Jalla seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an berikut ini :

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata * Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar * Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,* (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".* Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.*Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.* Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishak, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shaleh.* Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishak. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang dzalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (QS. Ash-Shaaffat :106-113)

Dari peristiwa itu pula Ibrahim ‘alaihissalam dan Ismail ‘alaihissalam diberi kemuliaan dengan kesempatan membangun ka’bah yang kelak akan dikunjungi oleh manusia dengan seruan pertama kali dikumandangkan oleh Ibrahim ‘alaihissalam atas perintah Allah Azza wa Jalla.

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,(QS. Al-Hajj:27)

Pelajaran penting berikutnya dari kisah penyembelihan tersebut adalah kuatnya iman, tawakkal, cinta pada Allah saja dan sabar menjalani konsekwensi dan resiko yang tidak enak dalam menjalani ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Kita dapat menyimpulkan betapa Ibrahim ‘alaihissalam telah diuji cintanya bahwa tidak boleh ada cinta yang lebih dominan, lebih tinggi dibanding cinta kepada Allah (dalam perintah dan larangan) sehingga Ibrahim ‘alaihissalam memilih cinta kepada Allah Azza wa Jalla walaupun harus kehilangan anak satu-satunya yang baru tumbuh dewasa. Demikian juga Ismail ‘alaihissalam memiliki kualitas iman yang sebanding dengan ayahnya sehingga dengan penuh cinta dan sabar, rela menyerahkan nyawanya demi ketaatan pada Allah Azza wa Jalla.

Itulah yang seharusnya kita terapkan yaitu menempatkan cinta kepada Allah (berbentuk ketaatan dalam perintah dan larangan), di atas segala cinta kepada selainnya dan mampu bersabar untuk menerima resiko dan konsekuensi apapun yang terjadi akibat darinya, sehingga nikmat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang diberikan kepada kita sebagaimana nikmat yang telah diberikan kepada Ibrahim dan Ismail dan keluarganya yang terus menerus dapat dirasakan oleh keturunannya dan ummat manusia pada umumnya, tidak hanya nikmat dunia akan tetapi nikmat akhirat juga.

Itulah puncak Tawakkal, Cinta dan Sabar kepada Allah Azza wa Jalla yang telah teruji dan diabadikan peristiwanya oleh Allah untuk diketahui, diingat, diambil hikmah dan pelajarannya sepanjang zaman, dan menjadi latar belakang dibalik berbagai ritual ibadah Haji yang juga penyempurna Islam setiap Muslim. Itulah amalan totalitas jasmani dan rohani yang harus dilakukan dengan kerja keras dan pengorbanan harta, jiwa dan raga.

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS. Al-Kautsar : 2)

Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imron : 194)

Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau limpahkan sholawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia, Ya Allah limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau limpahkan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

4 Muharram 1432 H

Alburhan

[1] Pribadi Penuh Arti, Amr Khalid, hal. 182

[2] Ibid, at 184

[3] Id, at. 185

[4] QS. Ash-Shaffat : 102

[5] Khalid, Op. Cit 190-191

[6] Ibid, at 192